Selasa, 05 April 2016

Proses Pemberangkatan yang Serba Cepat

Kali ini saya mau mengangkat topik tentang pembekalan Guru Bipa untuk Luar Negeri dan proses pemberangkatan yang serba cepat. Pada umumnya materi pembekalan yang berhubungan dengan teori-teori pengajaran bahasa, pembuatan kurikulum berbasis teks, pengembangan silabus, pengembangan bahan ajar, metode-metode pengajaran bahasa asing, sastra dalam pembeljaran BIPA, pokoknya teori-teori tentang pembelajaran bahasa yang diterapkan dalam keBIPAan. Pembekalan ini semakin memperdalam ilmu yang sudah saya dapatkan selama S1 dan S2. Selain itu saya juga mendapat teman baru dari berbagai penjuru Indonesia. Pembekalan dibagi menjadi dua tahap. Saya mengikuti pembekalan gelombang pertama dengan estimasi pemberangkatan Februari-Juli. Otomatis rencana mengejar deadline proposal tesis yang seharusnya selesai akhir bulan Januari tertunda. Saya kembali pasang strategi. Waktu itu saya belum mendapat surat penempatan negara, tetapi nama saya ada di list Nice University Perancis. Awalnya saya wow…Perancis? Negara keren tapi juga jauh terlebih belum tentu berangkatnya kapan. Dan segalanya berubah dalam waktu yang sangat cepat.


Keesokan harinya, tiba-tiba kloter Thailand yang rencananya akan dikirim bulan Februari ada yang mengundurkan diri. Kemudian, panitia melihat data diri saya dan menawarkan. “Mbak bagaimana kalo dikirim ke Thailand bulan Februari siap?” Tanpa pikir panjang saya bilang siap. Saya tidak peduli di mana saya ditempatkan. Yang terpenting saya sudah tanda tangan kesediaan ditempatkan di negara mana pun, tidak peduli itu negara prestige atau tidak. Pertimbangan saya yang kedua, semakin saya cepat dikirim, semakin cepat selesai, semakin saya bisa kembali fokus ke tesis. Di satu sisi saya bahagia mendapat kesempatan ini tapi juga bersedih karena harus extent satu semester dengan biaya yang tidak murah. Tapi, setiap pilihan ada resiko yang harus ditanggung. Akhirnya, saya setuju dikirim ke Thailand. Proses begitu cepat dari jarak pembekalan. Hanya satu bulan untuk mempersiapkan semuanya. Saya kalang kabut urus surat ini, surat itu, surat cuti, belum lagi menyelesaikan tugas dari Pascasarjana untuk menyusun dokumen akreditasi jurusan dan proyek buku BIPA1 untuk UM yang harus segera saya selesaikan. Rasanya gado-gado, senang, stress, kerja tanpa kenal lelah mengejar target hingga akhirnya H-1 minggu pemberangkatan saya kolaps. Tubuh tidak bisa diajak kerja rodi. Berat badan turun drastis. Namun, Alhamdulillah tidak sampe masuk rumah sakit. Hanya perlu istirahat. Satu minggu saya tdak melakukan apa pun selain hanya packing dan packing.

Hari pemberangkatan saya sudah kembali sehat. Tetapi, ada administrasi yang perlu saya selesaikan sebelum terbang ke Thailand yaitu keuangan. Kloter pemberangkatan sebelumnya kabarnya menerima cash. Hmmm biaya hidup selama empat bulan diberi cash, tidak bisa membayangkan betapa tebalnya segepok uang itu. Dari Malang, kami rombongan bertiga saya, Tanti, dan Mbak Niken terbang menuju Jakarta. Sesampainya di Jakarta hanya menaruh barang di hotel kemudian berangkat ke Bogor Entah kenapa PPSDK yang tadinya berkantor di Senayan tetiba pindah nun jauh di pucuk Gunung Putri IPSC sentul Bogor. Rombongan dari Malang datang paling akhir. Jam 3 sore kami tiba di Bogor. Untungnya, PPSDK hanya punya uang cash untuk biaya hidup 1 orang. Untungnya juga, rekening kami bertiga BNI jadi biaya hidup bisa langsung transfer. Allah adalah sebaik-baiknya pengatur rencana. Karena dengan demikian, kami tidak perlu cari Bank buka di sore hari untuk menabung uang cash segepok. Sesampainya di hotel, kloter Thailand dari Jogja, Bandung, Malang berkumpul untuk tukar uang Bath, 18.000 bath setara dengan 7 juta rupiah untuk biaya satu bulan hidup dulu. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami siap terbang ke Thailand dengan mengemban mandat menjadi duta bangsa untuk menyebarluaskan bahasa dan budaya Indonesia di negara gajah putih tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar