Kali ini saya mau mengangkat topik
tentang pembekalan Guru Bipa untuk Luar Negeri dan proses pemberangkatan yang serba cepat. Pada umumnya materi pembekalan
yang berhubungan dengan teori-teori pengajaran bahasa, pembuatan kurikulum
berbasis teks, pengembangan silabus, pengembangan bahan ajar, metode-metode
pengajaran bahasa asing, sastra dalam pembeljaran BIPA, pokoknya teori-teori
tentang pembelajaran bahasa yang diterapkan dalam keBIPAan. Pembekalan ini
semakin memperdalam ilmu yang sudah saya dapatkan selama S1 dan S2. Selain itu
saya juga mendapat teman baru dari berbagai penjuru Indonesia. Pembekalan
dibagi menjadi dua tahap. Saya mengikuti pembekalan gelombang pertama dengan
estimasi pemberangkatan Februari-Juli. Otomatis rencana mengejar deadline
proposal tesis yang seharusnya selesai akhir bulan Januari tertunda. Saya
kembali pasang strategi. Waktu itu saya belum mendapat surat penempatan negara,
tetapi nama saya ada di list Nice University Perancis. Awalnya saya wow…Perancis?
Negara keren tapi juga jauh terlebih belum tentu berangkatnya kapan. Dan
segalanya berubah dalam waktu yang sangat cepat.
Keesokan harinya, tiba-tiba kloter
Thailand yang rencananya akan dikirim bulan Februari ada yang mengundurkan
diri. Kemudian, panitia melihat data diri saya dan menawarkan. “Mbak bagaimana
kalo dikirim ke Thailand bulan Februari siap?” Tanpa pikir panjang saya bilang
siap. Saya tidak peduli di mana saya ditempatkan. Yang terpenting saya sudah
tanda tangan kesediaan ditempatkan di negara mana pun, tidak peduli itu negara
prestige atau tidak. Pertimbangan saya yang kedua, semakin saya cepat dikirim,
semakin cepat selesai, semakin saya bisa kembali fokus ke tesis. Di satu sisi
saya bahagia mendapat kesempatan ini tapi juga bersedih karena harus extent
satu semester dengan biaya yang tidak murah. Tapi, setiap pilihan ada resiko
yang harus ditanggung. Akhirnya, saya setuju dikirim ke Thailand. Proses begitu
cepat dari jarak pembekalan. Hanya satu bulan untuk mempersiapkan semuanya.
Saya kalang kabut urus surat ini, surat itu, surat cuti, belum lagi
menyelesaikan tugas dari Pascasarjana untuk menyusun dokumen akreditasi jurusan
dan proyek buku BIPA1 untuk UM yang harus segera saya selesaikan. Rasanya
gado-gado, senang, stress, kerja tanpa kenal lelah mengejar target hingga
akhirnya H-1 minggu pemberangkatan saya kolaps. Tubuh tidak bisa diajak kerja
rodi. Berat badan turun drastis. Namun, Alhamdulillah tidak sampe masuk rumah
sakit. Hanya perlu istirahat. Satu minggu saya tdak melakukan apa pun selain
hanya packing dan packing.
Hari pemberangkatan saya sudah
kembali sehat. Tetapi, ada administrasi yang perlu saya selesaikan sebelum
terbang ke Thailand yaitu keuangan. Kloter pemberangkatan sebelumnya kabarnya
menerima cash. Hmmm biaya hidup selama empat bulan diberi cash, tidak bisa
membayangkan betapa tebalnya segepok uang itu. Dari Malang, kami rombongan
bertiga saya, Tanti, dan Mbak Niken terbang menuju Jakarta. Sesampainya di
Jakarta hanya menaruh barang di hotel kemudian berangkat ke Bogor Entah kenapa
PPSDK yang tadinya berkantor di Senayan tetiba pindah nun jauh di pucuk Gunung
Putri IPSC sentul Bogor. Rombongan dari Malang datang paling akhir. Jam 3 sore
kami tiba di Bogor. Untungnya, PPSDK hanya punya uang cash untuk biaya hidup 1
orang. Untungnya juga, rekening kami bertiga BNI jadi biaya hidup bisa langsung
transfer. Allah adalah sebaik-baiknya pengatur rencana. Karena dengan demikian,
kami tidak perlu cari Bank buka di sore hari untuk menabung uang cash segepok.
Sesampainya di hotel, kloter Thailand dari Jogja, Bandung, Malang berkumpul untuk
tukar uang Bath, 18.000 bath setara dengan 7 juta rupiah untuk biaya satu bulan
hidup dulu. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami siap terbang ke Thailand
dengan mengemban mandat menjadi duta bangsa untuk menyebarluaskan bahasa dan
budaya Indonesia di negara gajah putih tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar