Pada tahun 2013, saya mendaftar untuk menjadi peer tutor dalam program CLS Amerika yang diadakan oleh BIPA Universitas Negeri Malang. Dari sinilah saya melihat dengan jelas betapa orang asing begitu antusias untuk belajar Bahasa Indonesia. Saya pun merasa tertampar karena sebagai orang Indonesia sendiri, dulu saya malas sekali belajar bahasa Indonesia ketika SMA karena saya tidak punya motivasi untuk belajar bahasa Indonesia. Kemudian, saya punya mimpi bahwa suatu saat saya ingin keliling dunia dengan mengajarkan Bahasa Indonesia. Tahun berikutnya, saya punya kesempatan untuk mengajar di kelas Batanghari dalam program CLS (Critical Language Scholarship) Amerika 2014. Ini adalah pengalaman pertama saya mengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing. Banyak tantangan yang saya hadapi dan hal-hal baru yang saya pelajari. Sejujurnya pada awalnya saya merasa kesulitan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar karena sebagai penutur asli bahasa Indonesia, saya terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari sehingga saya kurang memahami tata bahasa. Namun, dalam perjalanannya saya belajar lagi tentang seluk beluk bahasa Indonesia melalui kakak senior yang sudah berpengalaman mengajarkan bahasa Indonesia kepada Mahasiswa Asing. Setelah, program CLS Amerika 2014 berakhir, saya mendapat kesempatan mengajar mahasiswa pertukaran dari Universitas Guangxi Normal University Tiongkok. Pada saat itu, saya kembali mendapat tantangan baru yaitu mengajar siswa tingkat intermediate dengan gaya belajar yang berbeda pula. Padahal, saya sebelumnya hanya punya pengalaman mengajar kelas pemula. Tetapi pada dasarnya saya menyukai tantangan dan selama program berlangsung saya banyak belajar. Program selanjutnya, saya kembalimendapat kesempatan mengajar mahasiswa pertukaran dari Thailand. Saya mengajar kelas pemula atas. Bagi saya juga punya tantangan baru dengan karakter mahasiswa Thailand yang berbeda dan bahasa lokal mereka berasal dari bahasa Melayu.
Sebagai pengajar BIPA saya juga berstatus sebagai Mahasiswa S2 Keguruan Bahasa. Selama mengajar saya menemukan beberapa permasalahan yang juga berhubungan dengan tugas matakuliah. Dari situlah saya mulai gencar menulis artikel yang membahas tentang permasalahan pengajaran BIPA, kemudian saya mencoba mengirim ke Konferensi International BIPA di Bali. Pada awalnya saya kurang PD, tapi kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi? Lalu saya berbekal nekat dan alhamdulillah abstrak saya diterima dan mendapat kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat dalam KeBIPAan yang membuat jiwa nasionalis saya tiba-tiba membara. Di level konferensi Internasional, forum tersebut berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, padahal tamu yang ada aalah dari berbagai penjuru dunia Eropa, Amerika, Australia, dan Asia. Mimpi saya untuk mengajar dan menyebarkan bahasa Indonesia kembali muncul. Saya mulai mencari-cari beasiswa salah satunya FLTA yang dibuka setiap tahun yaitu program mengajar selama 9 bulan di Amerika. Saya mencoba mendaftar 2x dan gagal karena TOEFL belum mencukupi (saya menyesal kenapa dulu tidak rajin belajar). Kegagalan saya sudah terbiasa menghadapinya. Itu adalah bagian dari perjuangan. Tahun berikutnya saya mencoba mendaftar program FLTA lagi dan lagi-lagi saya gagal di pemberkasan karena TOEFL yang belum meningkat secara signifikan. Saya menyerah? Tentu belum mau. Justru saya semakin penasaran. Tak lama setelah penutupan program FLTA, ada lagi program LAP dari balai bahasa Perth. Program terseut adalah program satu tahun mengajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah di Australia, namun untuk menembus itu syarat minimal IELTS 6,5. Saya nangis darah. Gak sanggup bayar biaya tes IELTS yang mahal dan sulit juga belum siap mental untuk belajar IELTS secara serius, tetapi saya nekat mengirimkan TOEFL ITP, otomatis gagal. Tapi tak mengapa. Saya akan mencoba lagi tahun berikutnya dengan persiapan yang lebih matang.
Di tengah saya fokus mengejar deadline proposal seminar tesis, tiba-tiba saja pengumuman Program dari PPSDK ini datang. Program pengiriman guru BIPA ke luar Negeri untuk tahun 2016. PPSDK adalah singkatan dari Pusat Pengembangan dan Strategi Diplomasi Kebahasaan, organisasi ini di bawah Badan Bahasa yang dinaungi oleh Kemendikbud. Sasaran dari program ini adalah untuk memperluas pembelajar Asing dalam mempelajari bahasa Indonesia. Tanpa berpikir lagi, saya mendaftar. Program ini masih baru namun lumayan ketat dalam seleksinya. Calon pengajar BIPA di luar negeri harus punya pengalaman mengajar BIPA. Dengan pengalaman mengajar saya selama 2 tahun, saya merasa belum cukup mampu bersaing. Tetapi saya tak mau melewatkan kesempatan ini. Akhirnya, saya tetap dengan jargon saya 'bondo nekat' mengirim berkas melalui surel dan kandidat yang lolos seleksi akan diumumkan satu bulan kemudian. PPSDK selalu memberi kejutan. Alhamdulillah kabar baik datang, saya lolos untuk tahap wawancara di Bogor. Dalam seleksi wawancara, pewawancara adalah pakar BIPA yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun. Pertanyaan-pertanyaan seputar teori pengajaran bahasa bagaimana aplikasinya dalam pengajaran BIPA, kemudian saat itu juga ada session peer teaching. Saya berusaha semampu saya dengan ekspektasi nol. Diterima alhamdulillah, tidak ya mungkin bukan rejeki. Setelahnya, saya pasrahkan kepada-Nya.
Beberapa Minggu kemudian, teman-teman sudah mulai mendapat surat penempatan secara pribadi dan pengumuman pembekalan. Saya mulai galau karena tidak menerima surat penempatan. Saya sudah bisa menyimpulkan mungkin bukan rejeki saya lagi. Tak apa-apa, saya akan fokus mengerjakan tesis. Setelah selesai saya akan kembali mengejar mimpi-mimpi saya. Sembari menunggu, saya pun tak patah semangat mengikuti kegiatan-kegiatan seperti seminar keBIPAan. Waktu itu saya bersama rekan saya sudah menyiapkan makalah untuk dipresentasikan di UI. Malam hari setelah kami selesai presentasi, tiba-tiba saya mendapat Jackpot. Pengumuman saya diterima sebagai calon pengajar BIPA untuk dikirim ke Luar Negeri tahun 2016 dan wajib mengikuti pembekalan hari Selasa di Bogor selama 9 hari, sedangkan saya sedang ada di Depok dan berencana pulang hari Selasa naik kereta. Malam itu juga kami memutuskan memesan tiket pesawat untuk pulang ke Malang esok hari karena kami hanya membawa baju untuk 2 hari. Dan segala kelengkapan dokumen administrasi harus segera diurus di Malang. Bersambung ke segmen berikutnya....
Selamat sore mbak. sy Aziizah dari Undip. Mbak sy ingin memiliki kontak Mbak untuk keperluan BIPA jika mbak berkenan tolong jika ada waktu kirim pesan ke sy melalui email azizatulkhusniyah@gmail.com
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus